SALURAN SEKUNDER
Saluran
Sekunder yaitu cabang dari saluran primer yang membagi saluran induk kedalam
saluran yang lebih kecil (tersier). Sementara jaringan irigasi sekunder adalah
bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
Petak
sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani olehsatu
saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak
di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa
tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat
berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan.
Saluran
sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan
kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder
juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng lereng
medan yang lebih rendah. Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke
petakpetak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
Saluran sekunder sering diberi nama
sesuai dengan nama desa yang terletak di petak sekunder. Petak sekunder akan diberi
nama sesuai dengan nama saluran sekundernya. Sebagai contoh saluran sekunder
Sambak mengambil nama desa Sambak yang terletak di petak sekunder Sambak.
Ada beberapa cara pemberian air
irigasi
a. Kondisi
debit lebih besar dari 70% debit rencana air irigasi dari saluran primer dan
sekunder dialirkan secara terus-menerus (continous flow) ke petak-petak tersier
melalui pintu sadap tersier.
b. Kondisi
debit 50 - 70% dari debit rencana air
irigasi dialirkan ke petak-petak tersier dilakukan dengan rotasi. Pelaksanaan
rotasi dapat diatur antar saluran sekunder misalnya jaringan irigasi mempunyai
2 (dua) saluran sekunder a dan sekunder b maka rotasi dilakukan selama 3 (tiga)
hari air irigasi dialirkan ke sekunder a dan 3 (tiga) berikutnya ke sekunder b
demikian seterusnya setiap 3 (tiga) hari dilakukan penggantian sampai suatu
saat debitnya kembali normal.
c. Cara
pemberian air terputusputus (intermitten) dilaksanakan dalam rangka efisiensi
penggunaan air pada jaringan irigasi yang mempunyai sumber air dari waduk atau
dari sistem irigasi pompa, misalnya 1 (satu) minggu air waduk dialirkan ke
jaringan irigasi dan 1 (satu) minggu kemudian waduknya ditutup demikian
seterusnya sehingga setiap minggu mendapat air dan satu minggu kemudian tidak
mendapat air.
Adapun jenis penggolongan dalam
pemberian air irigasi adalah :
1.
Golongan vertikal adalah cara penentuan waktu awal pemberian
air (awal tanam) secara bersamaan pada petak tersier dari hulu ke hilir dalam
suatu saluran sekunder dengan tenggang waktu pemberian air antargolongan,
biasanya antara 10 sampai dengan 15 hari.
2.
Golongan horisontal adalah cara penentuan waktu pemberian air
(awal tanam) secara bersamaan pada petak tersier yang berada di bagian hulu
dari saluran sekunder yang berlainan dan diteruskan pada periode berikutnya ke
petak tersier yang berada di bagian hilirnya dengan tenggang waktu pemberian
air antargolongan, biasanya antara 10 sampai dengan 15 hari.
3.
Golongan tersebar adalah cara penentuan waktu awal pemberian
air (awal tanam) secara bersamaan pada petak tersier yang telah ditentukan dan
tersebar pada satu daerah irigasi dengan tenggang waktu pemberian air
antargolongan, biasanya antara 10 sampai dengan 15 hari.
Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang
menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
sadap terakhir. Banyak saluran sekunder tidak dilengkapi
dengan bangunan pembuang (wasteway).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar