TUGAS
MAKALAH
BAHAN
BANGUNAN
KELOMPOK 9
DI SUSUN OLEH :
Maria Watem ( Ketua ) 11 111 087
Agus Tri Winarno 11 111 004
Muh. Amin 11 111 040
Yusak Fruaro 11 111 117
Foymon Sesa 10 111 044
Saprianus Patinggi 11 111 041
UNIVERSITAS SAINS DAN
TEKNOLOGI JAYAPURA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
DAN PERENCANAAN
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena rahmatNya sampai saat ini
penulis dapat menyusun makalah tugas kelompok pada mata kuliah Bahan Bangunan.
Penulis
juga menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis berharap saran dan kritik untuk membangun kesempurnaan
makalah ini.
Penyelesaian
ini berkat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menghaturkan terima kasih kepada :
1. Terhormat
Ibu Thelly.S.H. Sembor, ST.M.MT yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan kepada kami serta telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
2. Anggota
kelompok dengan kerja sama yang kompak dan sukses berhasil menyusun makalah
ini.
3. Seluruh
anggota kelompok yang banyak memberikan saran dan bantuan hingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Akhirnya
dengan segala kerendahan hati, kami mengharap makalah kami dapat menjadi acuan
serta referensi untuk mahasiswa USTJ khususnya jurusan Teknik Sipil.
Jayapura, Maret
2012
Penulis
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam
pengajaran di jurusan teknik sipil mahasiswa diberikan berbagai disiplin ilmu
yang kelak sangat dapat membantu mahasiswa dalam menjawab setiap tantangan dan
permintaan di dunia kerja yang sesungguhnya. Hal ini belum dirasakan cukup jika
hanya didasari dengan teori-teori saja, oleh karena itu diperlukan suatu
aplikasi di lapangan dengan diadakan suatu survey lapangan. Sehingga mahasiswa
dapat lebih memahami teori-teori yang telah didapat di ruang kelas. Hal ini
juga agar mahasiswa dapat mengerti setiap tahap-tahap dalam pelaksanaan
pengolahan. Salah satu disiplin ilmu teknik sipil yang menerapkan program
survey lapangan adalah Ilmu Bahan Bangunan.
Ilmu
bahan bangunan salah satu disiplin ilmu yang membahas mengenai bahan-bahan yang
digunakan dalam konstruksi bangunan. Ilmu bahan bangunan ini juga merupakan
langkah awal pendidikan seorang teknik sipil dalam mengenali macam-macam bahan
serta manfaat dari alat-alat yang dipergunakan dalam membangun sebuah kontruksi
bangunan. Adanya penelitian atau survey lapangan dapat membuat kita mengenal
lebih dalam mengenai jenis-jenis bahan bangunan, misalnya bahan bangunan
pendukung, pengikat serta bagaimana
pembuatan kayu hingga komposisi
penyusunnya yang merupakan factor penting yang harus dipelajari dalam membangun
sebuah konstruksi bangunan serta memahami dengan jelas apa yang dimaksud dengan
kayu dan apa fungsi dari bahan kayu tersebut.Selain itu, adapun maksud dari
tujuan survey ke lapangan.
Maksud
dari tujuan survey adalah kita mendapatkan informasi yang lebih akurat dan tepat
karena kita dapat melihat kegiatan – kegiatan yang ada di lokasi survey secara
langsung dan untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Bahan Bangunan selain
itu juga kita dapat menambah wawasan yang belum pernah kita dapat sebelumnya.
Jadi dengan
adanya survey kita dapat menggunakan data – data menjadi sebuah informasi yang
lebih lengkap.
1.2 RUANG LINGKUP
Pokok
pembahasan berpatokan pada proses pengolahan kayu, pengeringan kayu dan penyimpanan
kayu. Selain itu, jika tidak di kerjakan secara baik maka akan mengalami
kerugian – kerugian. Untuk itu, diperlukan keahlihan – keahlihan tertentu dari
masing – masing pihak yang bersangkutan supaya menghidari kerugian – kerugian
tersebut.
Lokasi tempat kami survey berada di Jl. Raya
Sentani samping PTUN Waena yang benrama UD IRIAN SARI WAENA. Pemilik dari tempat
usaha tersebut adalah Bapak L. Simanjuntak.
1.3
WAKTU DAN LOKASI SURVEY
Ø Nama
tempat usaha : UD IRIAN
SARI WAENA
Ø Tanggal Survey :
17 Maret 2012 dan 28 Maret 2012
Ø Waktu
:
11.00 – 13.00 WIT
Ø Lokasi
survey : Jl. Raya
Sentani PTUN Waena
1.4
MANFAAT SURVEY
ü Mengetahui
jenis – jenis dan ukuran kayu
ü Mengetahui
kekurangan dan kelebihan di tempat survey
ü Mendapat
pengalaman baru
ü Dapat
memahami hasil survey
ü Menambah
wawasan
ü Dapat
belajar berkomunikasi dengan baik
BAB
II
2.1 TATA CARA PENGOLAHAN KAYU
Pohon yang dapat
diolah minimal berukuran ǿ 30 cm. Bahan
baku yang datang ke somel rata2 perhari 3 – 4 truk dan 1 truk mengangkut kurang
lebih 3 – 4 kubik. Pengolahan kayu menggunakan alat – alat pendukung dan memiliki jenis – jenis kayu sebagai berikut.
MemilihJenis Kayu
Agar cocok untuk penggunaan dan pemakaian kayu sebagai bahan bangunan, maka pedoman dibawah ini dapat dijadikan pegangan, diantaranya :
Berdasarkan sifat-sifat jenis kayu :
- Sifat keawetan kayu
- Sifat kekuatan kayu.
Berdasarkan keadaan permukaan kayu :
- Warna dan pola kayu
-Ukuran serat dan pori-pori.Berdasarkan kelas pemakaian kayu
-Banyak sedikitnya penggunaan suatu jenis kayu oleh konsumen kayu.
Dilihat dari kelas keawetan dan kelas kekuatan, jenis kayu yang digunakan di wilayah Papua seperti :
Agar cocok untuk penggunaan dan pemakaian kayu sebagai bahan bangunan, maka pedoman dibawah ini dapat dijadikan pegangan, diantaranya :
Berdasarkan sifat-sifat jenis kayu :
- Sifat keawetan kayu
- Sifat kekuatan kayu.
Berdasarkan keadaan permukaan kayu :
- Warna dan pola kayu
-Ukuran serat dan pori-pori.Berdasarkan kelas pemakaian kayu
-Banyak sedikitnya penggunaan suatu jenis kayu oleh konsumen kayu.
Dilihat dari kelas keawetan dan kelas kekuatan, jenis kayu yang digunakan di wilayah Papua seperti :
v kayu
Merbau,
v kayu
Matoa dan
v kayu
Lingua.
Alat – alat pendukung sebagai
berikut :
Mesin Sirkuler
berguna untuk memotong atau membelah kayu yang di bawah dari lokasi penebangan
ke somel, yang ukurannya belum di tentukan maka dengan alat ini kayu – kayu
tersebut akan di potong sesuai ukuran – ukuran yang di tentukan, seperti :
-
Kayu Balok ⟶
3 x 5 x 400 cm,
-
Kayu Balok ⟶
3 x 10 x 400 cm,
-
Kayu Balok ⟶
5 x 5 x 400 cm,
-
Kayu Balok ⟶
5 x 10 x 400 cm,
-
Kayu Balok ⟶
10 x 10 x 400 cm,
-
Kayu Balok ⟶
20 x 20 x 400cm.
Mesin Skap Pres berguna
untuk pembuatan papan kayu. Kayu yang sudah dipotong akan dipilih sebagai kayu
yang akan diolah menjadi papan dengan menggunakan mesin skap pres. Adapun
ukuran – ukuran dari pembuatan papan kayu antara lain :
-
Papan ⟶
2 x 3 x 400 cm,
-
Papan ⟶
2 x 10 x 400 cm,
-
Papan ⟶
2 x 20 x 400 cm,
-
Papan ⟶
2 x 30 x 400 cm,
-
Papan ⟶
3 x 10 x 400 cm,
Adapun
alat – alat kecil lainnya yang membantu dalam proses pengolahan kayu yaitu
sebagai berikut :
1.
Chain sow
Alat ini berguna
untuk memotong atau
menebang pohon yang siap diolah.
2.
Gergaji
Alat
ini berguna untuk memotong kayu.
2.2
TATA CARA PROSES PENGERINGAN KAYU
Adapun
proses pengeringan yang kami dapatkan di lokasi survey. Pengeringan yang
dipakai pada somel yang kami survey, menggunakan proses pengeringan secara
alami seperti gambar dibawah ini :
Pengeringan kayu secara alami
Pengeringan
kayu secara alami, menggunakan bantuan sinar matahari.
2.3 TATA CARA PENYIMPANAN KAYU
Kayu yang sudah
di olah kemudian disimpan. Model penyimpanan kayu dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Model penyimpanan kayu sejajar.
Selain itu, kayu
yang sudah di pesan akan diangkut menggunakan alat transportasi seperti
dibawah ini :
Truk
Setelah pengolahan akan
menghasiklan limbah – limbah seperti gambar dibawah ini :
Serbuk kayu
Serbuk kayu
dapat dimanfaatkan untuk keperluan peternakan ayam dan lain sebagainya.
Sisa
pemotongan Kayu
Sisa
pemotongan kayu dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar dan lain sebagainya.
Keuntungan dan kerugian kayu sebagai
bahan bangunan
Keutungan
- Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannya dengan menanam kembali (Reboisasi).
- Mudah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannya serta harga yang relatif murah.
- Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.
- Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan imia yang keras)cukup tinggi/baik.
- Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga mempunyai nilai dekoratif yang indah/baik.
- Kedap suara.
Kerugian/kekurangan
- Sifatnya kurang homogen.
- Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
- Lendutan dapat terjadi pada keadaan kelembaban tinggi.
- Mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut.
- Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : matakayu dan pecah-pecah
- Agak mudah terbakar.
- Sifatnya kurang homogen.
- Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
- Lendutan dapat terjadi pada keadaan kelembaban tinggi.
- Mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut.
- Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : matakayu dan pecah-pecah
- Agak mudah terbakar.
BAB
III
3.1 Teori Mengolah
Kayu Kelapa Menjadi Bahan Baku Mebel
Sumber daya kayu kelapa sampai saat ini belum banyak
dimanfaatkan kalangan industri mebel di tanah air. Walaupun ketersediaannya
cukup melimpah, namun pemanfaatan kayu kelapa sebagai bahan baku pembutan mebel
(furniture) terhitung masih sangat jarang di Indonesia. Hal itu terjadi karena
kayu kelapa selama ini memiliki banyak kelemahan yang belum dapat diatasi oleh
para perajin dan industri mebel di tanah air. Kele-mahan tersebut antara lain
adalah rendahnya kualitas kayu kelapa yang ada karena belum ditemukannya
teknologi pengolahan/perlakuan kayu kelapa yang memadai.
Beberapa
kelemahan kayu kelapa yang sering ditemui kalangan perajin dan industri mebel
di Indonesia selama ini diantaranya kayu kelapa sering sekali mengalami
perubahan warna sebagai akibat dari adanya aktivitas hama atau penyakit pasca
panen yang menyerang kayu kelapa. Kelemahan lainnya yang juga sangat mengganggu
adalah kayu kelapa sering sekali mengalami pembengkokan dan pemelintiran serta
pecah serat (pecah rambut) walaupun kadar air dalam kayu kelapa sudah mencapai
level yang cukup rendah, yaitu sekitar 8%. Dengan berbagai kele-mahan tersebut
kalangan perajin dan industri mebel di dalam negeri enggan menggunakan kayu
kelapa sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai produk mebel. Mereka pun
tetap menggunakan jenis-jenis kayu lain seperti jati, mahoni, kamper dan
lain-lain walaupun ketersediaan jenis-jenis kayu tersebut kini semakin langka
di tanah air dan harganya pun terus melambung tinggi.
Kondisi
tersebut telah mengusik perhatian Marsal, seorang pengusaha kelahiran Batusangkar,
Sumatera Barat 58 tahun lalu. Dia merasa terpanggil untuk memberdayakan kayu
kelapa yang selama ini cenderung kurang mendapatkan perhatian serius dari para
pengusaha mebel di dalam negeri. Padahal ketersediaan kayu kelapa yang cukup
melimpah di negeri yang pernah mendapatkan julukan sebagai Kepulauan Nyiur
(Pulau Kelapa) ini menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar untuk
dikembangkan.
Rasa
penasaran Marsal semakin menjadi-jadi setelah dirinya melihat produk mebel kayu
kelapa impor dari Filipina yang kualitasnya sangat baik dengan motif serat kayu
kelapayang sangat indah, unik dan khas. Untuk memuaskan rasa penasarannya,
Marsal rela bersusah payah melakukan kegiatan riset untuk mempelajari teknologi
pengolahan kayu kelapa agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku mebel. Marsal
pun kemudian melakukan serangkaian uji coba mulai tahun 2004 hingga tahun 2007
dengan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Tidak tanggung-tanggung, Marsal
mencurahkan semua sumber daya dan perhatiannya untuk melakukan riset kayu kelapa
tersebut. Dia pun rela meninggalkan kegiatan usaha dagangnya sebagai supplier
barang-barang dan peralatan kantor yang sudah digelutinya sejak tahu 1980-an.
Baru
kemudian menjelang akhir tahun 2007 Marsal yang merantau ke Jakarta sejak tahun
1969 itu memutuskan untuk benar-benar menceburkan dirinya ke bidang usaha
produksi mebel dari kayu kelapa setelah dirinya menemukan formula yang tepat
dalam pengolahan kayu kelapa. Formula khusus ter-sebut pada dasarnya merupakan
bahan kimia sejenis minyak yang dengan mudah dapat diaplikasikan (dengan cara
dikuas atau dicelup) pada kayu kelapa yang sudah dikeringkan dengan oven hingga
kadar air maksimum 8%.
Formula
bahan kimia tersebut selain berfungsi untuk mengawetkan kayu kelapa agar bisa
tahan lama dan tahan air, juga berfungsi untuk mencegah kayu kelapa dari
serangan hama dan penyakit (terutama terhadap serangan hama serangga dan
penyakit jamur atau bakteri) pasca panen yang sangat merugikan. Formula bahan
kimia yang dikembangkan Marsal juga dapat menjaga konsistensi kualitas kayu
kelapa sehingga dapat terhindar dari fenomena pecah rambut (pecah serat) dan
pembengkokan atau pemelintiran. Formula bahan kimia buatan Marsal (yang sampai
saat ini belum diberi nama khusus) mampu mengikat serat-serat kayu kelapa yang
tidak beraturan dan tidak saling mengikat itu menjadi serat-serat kayu yang
kompak dan kuat serta saling mengikat satu sama lain.
Kelebihan
lainnya, formula kimia ciptaan Marsal dapat memunculkan motif serat kayu kelapa
menjadi tampak lebih jelas dan indah. Karena itu, produk mebel kayu kelapa
buatan Marsal tidak perlu mendapatkan tambahan pewarnaan lagi karena warna yang
dipakai merupakan warna natural kayu kelapa.
Kalangan
konsumen produk mebel buatan Marsal pun selama ini tidak pernah komplain dengan
produk mebel kayu kelapanya. Bahkan sebaliknya kalangan konsumen mengaku cukup
puas dengan produk mebel kayu kelapa itu karena harganya jauh lebih murah
tetapi kualitasnya tidak kalah dari mebel kayu jati.
“Sebagai perbandingan, harga bahan mebel dari kayu jati sekarang mencapai Rp 12 juta per meter kubik, sedangkan bahan mebel dari kayu kelapa yang sudah diperlakukan dengan formula khusus yang saya kembangkan harganya hanya sekitar Rp 3,5 juta per meter kubik. Padahal setelah diolah, produk mebel kayu kelepa memiliki motif serat kayu yang sangat indah, khas dan unik,” kata Marsal.
“Sebagai perbandingan, harga bahan mebel dari kayu jati sekarang mencapai Rp 12 juta per meter kubik, sedangkan bahan mebel dari kayu kelapa yang sudah diperlakukan dengan formula khusus yang saya kembangkan harganya hanya sekitar Rp 3,5 juta per meter kubik. Padahal setelah diolah, produk mebel kayu kelepa memiliki motif serat kayu yang sangat indah, khas dan unik,” kata Marsal.
Menurut Marsal, hanya ada satu
syarat yang harus dipenuhi agar kayu kelapa yang dipakai untuk produk mebel
dapat memiliki sifat-sifat seperti disebutkan di atas, yaitu kayu kelapa itu
harus berasal dari pohon kelapa yang sudah cukup tua (masak tebang) dengan umur
lebih dari 70 tahun (pohon kelapa yang sudah tidak produktif lagi).
Satu-satunya kekurangan (namun bisa juga menjadi kelebihan untuk penggunaan tertentu) kayu kelapa dibandingkan dengan kayu jati adalah berat jenis kayu kelapa dua kali lipat lebih berat dari kayu jati. Dengan demikian, dilihat dari sisi biaya pengangkutan tentunya kayu kelapa membutuhkan biaya pengangkutan yang relatif lebih tinggi ketimbang kayu jati.
Satu-satunya kekurangan (namun bisa juga menjadi kelebihan untuk penggunaan tertentu) kayu kelapa dibandingkan dengan kayu jati adalah berat jenis kayu kelapa dua kali lipat lebih berat dari kayu jati. Dengan demikian, dilihat dari sisi biaya pengangkutan tentunya kayu kelapa membutuhkan biaya pengangkutan yang relatif lebih tinggi ketimbang kayu jati.
Dengan
dibantu 7 orang karyawan, Marsal kini telah berhasil mengembangkan 18 jenis
model produk mebel dari kayu kelapa. Model-model produk mebel tersebut kini
sangat laris diminati konsumen sehingga pesanan dari pembuatan mebel kayu
kelapa dari para pembeli terus mengalir. Marsal sendiri memiliki obsesi
tersendiri dengan keberhasilannya dalam bidang pengolahan kayu kelapa itu. Bagi
dirinya ilmu pengetahuan yang diperolehnya dengan susah payah itu akan lebih
memiliki makna dan memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia apabila ilmu
pengetahuan tersebut disebarluaskan kepada sesama. Karena itu, Marsal ingin
mengajak para pengusaha mebel di tanah air untuk beralih memanfaatkan potensi
kayu kelapa yang cukup melimpah. “Kami juga ingin agar pemerintah turut mempopulerkan
penggunaan kayu kelapa ini sebagai sumber bahan baku untuk industri mebel.
Untuk kami siap membagi pengetaahuan dan pengalaman kami dengan pengusaha mebel
lainnya dalam pemanfaatan dan pengolahan kayu kelapa ini.
3.2 PENGERINGAN KAYU GERGAJIAN SECARA ALAMI
Kegunaan
pengeringan kayu adalah :
1.
Kayu yang akan diawetkan harus
di keringkan dulu agar penetrasi dari
bahan pengawet dapat masuk dengan baik kedalam kayu. Kayu-kayu yang akan dilem
harus kering agar supaya daya rekat lem dapat baik.
2.
Perubahan kadar air yang cukup
besar dapat berakibat perubahan dimensi karena penyusutan. Apabila perubahan dimensi tersebut terjadi
pada saat digunakan maka akan mengakibatkan
perubahan-perubahan/kerusakan-kerusakan dari pada produk/bangunan dimana kayu
tersebut digunakan.
3.
Pengeringan dapat memperbaiki
sifat mekaniknya. Berdasarkan penelitian
terdapat hubungan lansung antara kekuatan kayu dan kadar air kayu. Kadar air kayu menurun maka kekuatan kayu
meningkat.
4.
Pengeringan kayu akan sangat
mengurangi berat daripada kayu dan menurunkan ongkos angkutan.
Hal-hal yang menentukan percepatan pengeringan
yang paling besar pengaruhnya adalah sebagai berikut :
a.
Temperatur
Apabila kelembaban udara tetap,maka adanya
kenaikan temperatur mengakibatkan peningkatan kecepatan penguapan kayu,
sehingga akan mempercepat pengeringan kayu.
b.
Kelembaban Udara
Apabila temperatur tetap maka penurunan
kelembaban udara disekitar kayu akan mempercepat pengeringan kayu.
c.
Sirkulasi Udara
Yang paling menentukan
kecepatan pengeringan adalah temperatur dan kelembaban udara hal ini hanya bisa
berjalan apabila terdapat aliran udara melalui permukaan kayu yang mengganti
kedudukan udara yang basah dan dingin karena penguapan dengan udara yang kering
dan panas.
Sebelum pengeringan perlu diperhatikan sebagai
berikut :
a.
Tempat pengeringan harus cukup
luas dan menampung akumulasi produk penggergajian selama waktu pengeringan,
serta dapat menjamin keleluasaan pengerjaan pengeringan.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh
tempat pengeringan ialah harus dapat langsung terkena hembusan angin.
Apabila mungkin sebaiknya ditempatkan dimana
angin meniup dengan kecepatan paling tinggi, hal ini biasanya terdapat pada
tanah-tanah yang tinggi.
Hindarkan tempat
pengeringan dari segala sesuatu yang menghambat jalannya angin,
seperti bangunan-bangunan tinggi, pohon-pohon
besar dan rindang dan sebagainya.
Penempatan tempat pengeringan dekat, apalagi di
atas empang-empang besar, rawa-rawa atau sungai-sungai sebenarnya kurang baik,
maka tempat tersebut diupayakan dihindarkan, karena lembab.
b.Ganjal
(sticker)
Ganjal merupakan bagian yang penting dalam
pengeringan udara.
Cara
Pengeringan :
Pengeringan pada hakekatnya
dilakukan dengan dua (2) cara yaitu pengeringan alami dan pengeringan
buatan. Pengeringan alami sering disebut
pengeringan udara.
1.Pengeringan Alami
Yang dimaksud pengeringan
alami adalah proses pengeringan dengan cara mengangin-anginkan kayu yang
bersangkutan. Dalam pengeringan ini
ketiga faktor penentu kecepatan pengeringan seperti temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara
diserahkan pada keadaan alam disekitar kayu yang dikeringkan.
Pengeringan alami
mempunyai keuntungan
- Mudah dilaksanakan
- Tidak menuntut investasi yang besar
Dalam rangka pengeringan alami ada beberapa
cara penumpukan/penjemuran kayu antara lain :
1) Penumpukan Vertikal
a. Tumpukan Silang
b. Tumpukan Sandar
2)
Penumpukan Secara Horisontal.
Pada penumpukan jenis ini kayu gergajian yang
akan dikeringkan disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk sejajar dan
horizontal.
a. Penumpukan sejajar
b. Tumpukan persegi
c. Tumpukan zig-zag
Sumber :Pusat Penyuluhan Kehutanan
BAB
IV
4.1
PEMBAHASAN
Berikut
ini pembahasan bahan bangunan yang digunakan dalam perencanaan soumil.
v Perencanaan
proses pengeringan kayu :
Pengeringan
Kayu dengan Cara Buatan (Kiln Drying)
Pengeringan ini merupakan lanjutan hasil perkembangan pengeringan udara.
Dengan kemajuan dan perkembangan teknologi modern, meningkatkan permintaan akan
kayu berkualitas tinggi, maka timbul usaha pengeringan buatan yang lebih
efektif dan lebih efisien daripada pengeringan buatan yang lebih efektif dan
lebih efisien daripada pengeringan udara.
Keuntungan:
- Waktu pengeringan sangat singkat
- Kadar air akhir dapat diatur sesuai dengan keinginan, disesuaikan dengan tujuan penggunaan
- Kelembaban udara (RH), temperature dan sirkulasi udara dapat diatur sesuai dengan jadwal pengeringan
- Terjadinya cacat kayu dapat dihindari dan beberapa jenis kayu dapat diperbaiki
- Kontinuitas produksi tidak terganggu dan tidak diperlukan persediaan kayu yang banyak
- Tidak membutuhkan tempat yang luas
- Kualitas hasil jauh lebih baik
Kerugian:
- Memerlukan investasi/modal yang besar
- Memerlukan tenaga ahli pengalaman
- Sortimen kayu yang akan dikeringkan tertentu
v Tahap-tahap
pelaksanaannya :
PELAKSANAAN PENGERINGAN KAYU
Seperti disebutkan pada artikel sebelumnya bahwa dalam pekerjaan pengeringan kayu dengan kiln dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
- Tahap penyediaan alat – alat
- Tahap penumpukan/penyusunan kayu
- Tahap pengambilan contoh – contoh kayu pengamatan
- Tahap pekerjaan selama pengeringan berlangsung yang mencakup : penggunaan jadwal pengeringan, pengaturan dan pengawasan suhu serta kelembaban udara di dalam kiln.
A.
Tahap Penyediaan Alat
Selain mesin pengering yang sudah lengkap dengan peralatannya, ada beberapa alat lagi yang masih perlu disediakan, antara lain alat pengukur kadar air kayu (Hydrometer) untuk mengetahui kadar air di dalam kayu setiap waktu diperlukan. Batas pembacaan alat tersebut tidak lebih dari 60% yang dikandung oleh kayu. Atau bila kita tidak memiliki alat ini, dapat digunakan alat timbangan dan oven (tungku pemanas) untuk mengeringkan potongan contoh – contoh kayu pengamatan hingga tercapai tingkat kering mutlak. Sebagai sumber pemanas dalam kiln pada umumnya digunakan uap panas dengan menggunakan ketel uap. Uap panas yang dihasilkan dialirkan melalui radiator (pemancar panas) ke dalam kiln. Sebab pemberian uap panas ke dalam kiln pada tumpukan kayu, akan mempercepat proses keringnya kayu tersebut. Untuk mengukur suhu dan kelembaban udara digunakan 2 alat termometer : termometer kering (dry bulb temperature) dan termometer basah (wet bulb temperature). Penunjukan suhu pada termometer basah selalu lebih rendah daripada suhu termometer kering. Selisih kedua suhu pada termometer ini akan menunjukkan kelembaban udara (RH) = Relative Humidity. Selain sumber panas, peredaran udara di dalam kiln berperanan pula, sebab dengan adanya peredaran udara, suhu dan kelembaban udara di dalam kiln dapat merata.
Di samping peredaran udara itu bertujuan juga untuk mengeluarkan uap air
yang telah keluar dari permukaan kayu dari ruang kiln. Dengan sirkulasi ini,
udara yang panas dapat mencapai seluruh bagian permukaan kayu, sehingga
pengeringan dapat berlangsung cepat dan merata. Kecepatan peredaran udara yang
tinggi diutamakan pada saat permulaan pengeringan, terutama untuk kayu yang
masih basah agar tidak terserang jamur. Peredaran udara di dalam kiln dapat
ditimbulkan oleh :
- Perbedaan temperatur : karena pemanasan (sebab udara panas lebih ringan daripada udara dingin)
- Tenaga kipas (fan) yang dibedakan atas 2 macam yaitu radial fan (centrifugal blowers) dan axial fan. Fan ini terpasang di dalam ataupun di luar kiln (external fan dan internal fan).
B.
Tahap Penumpukan/ Penyusunan Kayu
Sebagai syarat mutlak, fondasi dan lantai harus kuat dan datar, agar tidak mempengaruhi kerusakan kayu dan tumpukan kayu secara keseluruhan. Kayu yang akan dikeringkan harus diseragamkan dalam hal : jenis kayu, kualitas kayu, ketebalan kayu, kadar air awal. Dengan keseragaman ini, maka pelaksanaan pengeringan akan lebih sempurna. Kayu ada yang diletakkan langsung diatas pondasi, tapi ada pula dengan menggunakan lori. Pada umumnya cara terakir lebih banyak dipakai. Agar peredaran udara merata pada seluruh bagian permukaan kayu, maka lapisan papan tingkat demi tingkat harus diberi ganjel. Tumpukan kayu secara keseluruhan hendaknya merupakan bentuk persegi dengan ganjel lurus, baik secara vertical maupun horizontal. Selanjutnya pada bagian teratas tumpukan diletakkan beban pemberat yang merata keseluruh bagian tumpukan kayu untuk menghindari kemungkinan perubahan bentuk selama proses pengeringan.
C. Tahap Pengambilan Contoh-contoh Pengamatan
Yang terpenting dalam pembuatan contoh kayu pengamatan adalah bagaimana caranya agar benar – benar kayu itu mewakili kelompoknya. Karena contoh pengamatan sangat berguna sebagai petunjuk dalam menentukan langkah – langkah perubahan kondisi pengeringan. Kadar air kayu awal yang akan dikeringkan, perlu diketahui lebih dahulu, sebab langkah – langkah perubahan suhu dan kelembaban udara selama pengeringan berlangsung, didasarkan atas besarnya kangdungan kadar air sebelum dikeringkan. Contoh pengamatan diletakkan di dalam tumpukan kayu sedemikian rupa, sehingga memudahkan pemeriksaan. Contoh pengamatan ini sebagai petunjuk nantinya secara periodic diamati perubahan – perubahannya, yang menjurus pada kerusakan yang mungkin timbul selama pengeringan berlangsung. Sehingga dengan demikian dapat diketahui apakah pengeringan tersebut berjalan terlalu cepat atau lambat, apakah kadar air kayu yang diinginkan telah tercapai dan apakah ada kerusakan yang terjadi sebelum proses pengeringan berakhir.
D. Penggunaan Jadwal Pengeringan (Skema Pengeringan)
Skema pengeringan merupakan suatu daftar yang memuat tahap-tahap perubahan suhu dan kelembaban udara dalam proses pengeringan berdasarkan kayu. Berdasarkan sifat-sifat kayu secara umum maka skema pengeringan untuk beberapa jenis kayu dapat dikelompokkan dalam beberapa macam. Dari skema pengeringan dapat dilihat, bahwa pada awal mulainya pengeringan, ketika kayu masih mengandung banyak air, dipergunakan suhu yang rendah dengan kelembaban yang tinggi. Selanjutnya secara bertahap suhu pengeringan dinaikkan, kelembaban udara diturunkan bertahap. Dengan naiknya suhu, kadar air kayu akan menurun secara bertahap sampai kadar air sesuai yang diharapkan.
Agar dicapai pengeringan yang sempurna dengan kerusakan yang tak berarti, maka suhu dan kelembaban udara di dalam kiln perlu diamati, diatur sesuai dengan skema pengeringan yang digunakan selama pengeringan berlangsung. Pada kiln yang modern dengan perlengkapan yang lebih lengkap, alat-alat dapat mengatur sendiri secara otomatis sesuai kondisi yang diinginkan, sehingga perkembangannya selalu dapat diikuti. Cepat atau lambatnya muatan kayu dikeringkan tergantung dari beberapa faktor seperti kadar air kayu awal, kadar air kayu akir yang diinginkan, jenis kayu yang dikeringkan, tebal tipisnya kayu, kipas angin, dan kualitas alat kiln itu sendiri
Kadang kadar air kayu menjelang tahap-tahap terakir pengeringan tidak merata. Dengan adanya perbedaan kadar air terutama pada bagian permukaaan dan bagian dalam kayu, maka akan timbul tegangan-tegangan pada kayu, akirnya pada kayu akan timbul cacat. Sehingga dalam hal ini perlu adanya tindakan penyamaan. Dengan istilah lain perlu proses equalizing dan conditioning, yang mempunyai tujuan menghilangkan tegangan-tegangan yang timbul pada kayu selama proses proses pengeringan berlangsung, agar diperoleh kadar air kayu yang sama pada setiap papan. Pelaksanaan equalizing dan conditioning harus didasarkan pada kenyataan yang ada dari contoh-contoh kayu pengamatan.
Pada tahap penggunaan jadwal pengeringan, perlu dilakukan pencatatan jalannya pengeringan. Agar pengeringan berhasil dengan baik maka setiap langkah perlu dicatat. Tujuan pencatatan ini untuk mengawasi hasil pengeringan, sebagai tindakan penyesuaian pemakaian jadwal pengeringan, sehingga kerusakan yang mungkin terjadi akibat pengeringan dapat diperkecil. Adapun data-data yang perlu dicatat adalah
- Pengeringan : nomor urut muatan/kiln, nama pengawas.
- Kayu : jenis kayu, sortimen, kubikasi, kadar air kayu akhir yang dikehendaki.
- Perubahan kondisi pengeringan : suhu dan kelembaban udara dari waktu ke waktu tertentu dengan menyesuaikan perkembangan keadaan kayu.
- Jadwal pengeringan yang digunakan.
- Cacat-cacat yang terjadi selama dan setelah kayu dikeringkan.
Selain pencatatan data-data teknis
diatas, perlu pula dicatat data-data ekonomis, antara lain pemakaian bahan
bakar atau listrik, lamanya pengeringan dan lain sebagainya yang termasuk biaya
pengeluaran.
4.2
KESIMPULAN
Pengenalan atas sifat – sifat fisik
dan mekanik akan sangat membantu dalam menentukan jenis – jenis kayu untuk
tujuan penggunaan tertentu. Di harapkan dengan memahami sifat – sifat kayu dan
jenis – jenis untuk penggunaan tertentu akan semakin mengurangi ketergantungan
konsumen akan suatu jenis kayu tertentu saja sehingga pemanfaatan jenis – jenis
kayu yang semula belum dimanfaatkan ( jenis – jenis yang belum dikenal umum )
akan semakin meningkat.
4.3 SARAN
Dari hasil survey ini, kami dapat
memberikan beberapa saran antara lain :
a)
Jangan menebang pohon
sembarangan
b) Sebaiknya
kayu yang akan diolah minimal berukuran ǿ 30 cm
c)
Manfaatkanlah hasil
limbah kayu