Minggu, 01 Maret 2015

Makalah Bahan Bangunan


TUGAS MAKALAH
BAHAN BANGUNAN




 













KELOMPOK 9
DI SUSUN OLEH :
             
Maria Watem ( Ketua )        11 111 087
Agus Tri Winarno                 11 111 004
Muh. Amin                            11 111 040
Yusak Fruaro                        11 111 117
Foymon Sesa                          10 111 044
Saprianus Patinggi                11 111 041




UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI  JAYAPURA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
TAHUN 2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena rahmatNya sampai saat ini penulis dapat menyusun makalah tugas kelompok pada mata kuliah Bahan Bangunan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik untuk membangun kesempurnaan makalah ini.
Penyelesaian ini berkat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1.      Terhormat Ibu Thelly.S.H. Sembor, ST.M.MT yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami serta telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2.      Anggota kelompok dengan kerja sama yang kompak dan sukses berhasil menyusun makalah ini.
3.      Seluruh anggota kelompok yang banyak memberikan saran dan bantuan hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami mengharap makalah kami dapat menjadi acuan serta referensi untuk mahasiswa USTJ khususnya jurusan Teknik Sipil.
           
                 Jayapura,    Maret 2012
  

 Penulis













BAB I

1.1     LATAR BELAKANG
Dalam pengajaran di jurusan teknik sipil mahasiswa diberikan berbagai disiplin ilmu yang kelak sangat dapat membantu mahasiswa dalam menjawab setiap tantangan dan permintaan di dunia kerja yang sesungguhnya. Hal ini belum dirasakan cukup jika hanya didasari dengan teori-teori saja, oleh karena itu diperlukan suatu aplikasi di lapangan dengan diadakan suatu survey lapangan. Sehingga mahasiswa dapat lebih memahami teori-teori yang telah didapat di ruang kelas. Hal ini juga agar mahasiswa dapat mengerti setiap tahap-tahap dalam pelaksanaan pengolahan. Salah satu disiplin ilmu teknik sipil yang menerapkan program survey lapangan adalah Ilmu Bahan Bangunan.
Ilmu bahan bangunan salah satu disiplin ilmu yang membahas mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam konstruksi bangunan. Ilmu bahan bangunan ini juga merupakan langkah awal pendidikan seorang teknik sipil dalam mengenali macam-macam bahan serta manfaat dari alat-alat yang dipergunakan dalam membangun sebuah kontruksi bangunan. Adanya penelitian atau survey lapangan dapat membuat kita mengenal lebih dalam mengenai jenis-jenis bahan bangunan, misalnya bahan bangunan pendukung,  pengikat serta bagaimana pembuatan kayu  hingga komposisi penyusunnya yang merupakan factor penting yang harus dipelajari dalam membangun sebuah konstruksi bangunan serta memahami dengan jelas apa yang dimaksud dengan kayu dan apa fungsi dari bahan kayu tersebut.Selain itu, adapun maksud dari tujuan survey ke lapangan. 
Maksud dari tujuan survey adalah kita mendapatkan informasi yang lebih akurat dan tepat karena kita dapat melihat kegiatan – kegiatan yang ada di lokasi survey secara langsung dan untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Bahan Bangunan selain itu juga kita dapat menambah wawasan yang belum pernah kita dapat sebelumnya.
Jadi dengan adanya survey kita dapat menggunakan data – data menjadi sebuah informasi yang lebih lengkap.


1.2      RUANG LINGKUP
          Pokok pembahasan berpatokan pada proses pengolahan kayu, pengeringan kayu dan penyimpanan kayu. Selain itu, jika tidak di kerjakan secara baik maka akan mengalami kerugian – kerugian. Untuk itu, diperlukan keahlihan – keahlihan tertentu dari masing – masing pihak yang bersangkutan supaya menghidari kerugian – kerugian tersebut.
 Lokasi tempat kami survey berada di Jl. Raya Sentani samping PTUN Waena yang benrama UD IRIAN SARI WAENA. Pemilik dari tempat usaha tersebut adalah Bapak L. Simanjuntak.

1.3                         WAKTU DAN LOKASI SURVEY

Ø Nama tempat usaha                 : UD IRIAN SARI WAENA
Ø Tanggal  Survey                      : 17 Maret 2012 dan 28 Maret 2012
Ø Waktu                                     : 11.00 – 13.00 WIT
Ø Lokasi survey                          : Jl. Raya Sentani PTUN Waena


1.4                         MANFAAT SURVEY

ü  Mengetahui jenis – jenis dan ukuran kayu
ü  Mengetahui kekurangan dan kelebihan di tempat survey
ü  Mendapat pengalaman baru
ü  Dapat memahami hasil survey
ü  Menambah wawasan
ü  Dapat belajar berkomunikasi dengan baik



BAB II

2.1  TATA CARA PENGOLAHAN KAYU

Pohon yang dapat diolah minimal berukuran ǿ  30 cm. Bahan baku yang datang ke somel rata2 perhari 3 – 4 truk dan 1 truk mengangkut kurang lebih 3 – 4 kubik. Pengolahan kayu menggunakan alat – alat pendukung dan memiliki jenis – jenis kayu sebagai berikut.
MemilihJenis  Kayu
           Agar cocok untuk penggunaan dan pemakaian kayu sebagai bahan bangunan, maka pedoman dibawah  ini dapat dijadikan pegangan, diantaranya          :

Berdasarkan sifat-sifat jenis kayu :
   -  Sifat keawetan      kayu
   -  Sifat kekuatan       kayu.
Berdasarkan keadaan  permukaan  kayu             :
   - Warna dan pola      kayu
   -Ukuran serat dan pori-pori.Berdasarkan kelas pemakaian kayu
   -Banyak sedikitnya penggunaan suatu jenis kayu oleh konsumen kayu.
Dilihat dari kelas keawetan dan kelas kekuatan, jenis kayu yang 
digunakan di wilayah Papua seperti :
v  kayu Merbau,
v  kayu Matoa dan

v  kayu Lingua.
Alat – alat pendukung sebagai berikut :

    
Mesin Sirkuler berguna untuk memotong atau membelah kayu yang di bawah dari lokasi penebangan ke somel, yang ukurannya belum di tentukan maka dengan alat ini kayu – kayu tersebut akan di potong sesuai ukuran – ukuran yang di tentukan, seperti :
-          Kayu Balok  ⟶ 3 x 5 x 400 cm,
-          Kayu Balok  ⟶ 3 x 10 x 400 cm,
-          Kayu Balok  ⟶ 5 x 5 x 400 cm,
-          Kayu Balok  ⟶ 5 x 10 x 400 cm,
-          Kayu Balok  ⟶ 10 x 10 x 400 cm,
-          Kayu Balok  ⟶ 20 x 20 x 400cm.

   
Mesin Skap Pres berguna untuk pembuatan papan kayu. Kayu yang sudah dipotong akan dipilih sebagai kayu yang akan diolah menjadi papan dengan menggunakan mesin skap pres. Adapun ukuran – ukuran dari pembuatan papan kayu antara lain :
-          Papan  ⟶ 2 x 3 x 400 cm,
-          Papan  ⟶ 2 x 10 x 400 cm,
-          Papan  ⟶ 2 x 20 x 400 cm,
-          Papan  ⟶ 2 x 30 x 400 cm,
-          Papan  ⟶ 3 x 10 x 400 cm,
            Adapun alat – alat kecil lainnya yang membantu dalam proses pengolahan kayu yaitu sebagai berikut :
1.      Chain sow
Alat ini berguna untuk memotong atau
menebang pohon yang siap diolah.





2.      Gergaji

Alat ini berguna untuk memotong kayu.






2.2 TATA CARA PROSES PENGERINGAN KAYU

            Adapun proses pengeringan yang kami dapatkan di lokasi survey. Pengeringan yang dipakai pada somel yang kami survey, menggunakan proses pengeringan secara alami seperti gambar dibawah ini :

  Pengeringan kayu secara alami
            Pengeringan kayu secara alami, menggunakan bantuan sinar matahari.

2.3  TATA CARA PENYIMPANAN KAYU

Kayu yang sudah di olah kemudian disimpan. Model penyimpanan kayu dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

      Model penyimpanan kayu sejajar.

Selain itu, kayu yang sudah di pesan akan diangkut menggunakan alat transportasi seperti
dibawah ini :
  
            Truk


Setelah pengolahan akan menghasiklan limbah – limbah seperti gambar dibawah ini :

        Serbuk kayu
Serbuk kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan peternakan ayam dan lain sebagainya.

        Sisa pemotongan Kayu
            Sisa pemotongan kayu dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar dan lain sebagainya.
Keuntungan dan kerugian kayu sebagai bahan bangunan

Keutungan
- Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannya dengan menanam kembali (Reboisasi).
- Mudah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannya serta harga yang relatif murah.
- Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.
- Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan imia yang keras)cukup tinggi/baik.
- Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga mempunyai nilai dekoratif      yang indah/baik.
- Kedap suara.
Kerugian/kekurangan
- Sifatnya kurang homogen.
- Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
- Lendutan dapat terjadi pada keadaan kelembaban tinggi.
- Mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut.
- Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : matakayu dan pecah-pecah
- Agak mudah terbakar.


BAB III

3.1 Teori Mengolah Kayu Kelapa Menjadi Bahan Baku Mebel

Sumber daya kayu kelapa sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan kalangan industri mebel di tanah air. Walaupun ketersediaannya cukup melimpah, namun pemanfaatan kayu kelapa sebagai bahan baku pembutan mebel (furniture) terhitung masih sangat jarang di Indonesia. Hal itu terjadi karena kayu kelapa selama ini memiliki banyak kelemahan yang belum dapat diatasi oleh para perajin dan industri mebel di tanah air. Kele-mahan tersebut antara lain adalah rendahnya kualitas kayu kelapa yang ada karena belum ditemukannya teknologi pengolahan/perlakuan kayu kelapa yang memadai.
mebel
Beberapa kelemahan kayu kelapa yang sering ditemui kalangan perajin dan industri mebel di Indonesia selama ini diantaranya kayu kelapa sering sekali mengalami perubahan warna sebagai akibat dari adanya aktivitas hama atau penyakit pasca panen yang menyerang kayu kelapa. Kelemahan lainnya yang juga sangat mengganggu adalah kayu kelapa sering sekali mengalami pembengkokan dan pemelintiran serta pecah serat (pecah rambut) walaupun kadar air dalam kayu kelapa sudah mencapai level yang cukup rendah, yaitu sekitar 8%. Dengan berbagai kele-mahan tersebut kalangan perajin dan industri mebel di dalam negeri enggan menggunakan kayu kelapa sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai produk mebel. Mereka pun tetap menggunakan jenis-jenis kayu lain seperti jati, mahoni, kamper dan lain-lain walaupun ketersediaan jenis-jenis kayu tersebut kini semakin langka di tanah air dan harganya pun terus melambung tinggi.
Kondisi tersebut telah mengusik perhatian Marsal, seorang pengusaha kelahiran Batusangkar, Sumatera Barat 58 tahun lalu. Dia merasa terpanggil untuk memberdayakan kayu kelapa yang selama ini cenderung kurang mendapatkan perhatian serius dari para pengusaha mebel di dalam negeri. Padahal ketersediaan kayu kelapa yang cukup melimpah di negeri yang pernah mendapatkan julukan sebagai Kepulauan Nyiur (Pulau Kelapa) ini menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar untuk dikembangkan.
Rasa penasaran Marsal semakin menjadi-jadi setelah dirinya melihat produk mebel kayu kelapa impor dari Filipina yang kualitasnya sangat baik dengan motif serat kayu kelapayang sangat indah, unik dan khas. Untuk memuaskan rasa penasarannya, Marsal rela bersusah payah melakukan kegiatan riset untuk mempelajari teknologi pengolahan kayu kelapa agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku mebel. Marsal pun kemudian melakukan serangkaian uji coba mulai tahun 2004 hingga tahun 2007 dengan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Tidak tanggung-tanggung, Marsal mencurahkan semua sumber daya dan perhatiannya untuk melakukan riset kayu kelapa tersebut. Dia pun rela meninggalkan kegiatan usaha dagangnya sebagai supplier barang-barang dan peralatan kantor yang sudah digelutinya sejak tahu 1980-an.
2008_071
Baru kemudian menjelang akhir tahun 2007 Marsal yang merantau ke Jakarta sejak tahun 1969 itu memutuskan untuk benar-benar menceburkan dirinya ke bidang usaha produksi mebel dari kayu kelapa setelah dirinya menemukan formula yang tepat dalam pengolahan kayu kelapa. Formula khusus ter-sebut pada dasarnya merupakan bahan kimia sejenis minyak yang dengan mudah dapat diaplikasikan (dengan cara dikuas atau dicelup) pada kayu kelapa yang sudah dikeringkan dengan oven hingga kadar air maksimum 8%.
Formula bahan kimia tersebut selain berfungsi untuk mengawetkan kayu kelapa agar bisa tahan lama dan tahan air, juga berfungsi untuk mencegah kayu kelapa dari serangan hama dan penyakit (terutama terhadap serangan hama serangga dan penyakit jamur atau bakteri) pasca panen yang sangat merugikan. Formula bahan kimia yang dikembangkan Marsal juga dapat menjaga konsistensi kualitas kayu kelapa sehingga dapat terhindar dari fenomena pecah rambut (pecah serat) dan pembengkokan atau pemelintiran. Formula bahan kimia buatan Marsal (yang sampai saat ini belum diberi nama khusus) mampu mengikat serat-serat kayu kelapa yang tidak beraturan dan tidak saling mengikat itu menjadi serat-serat kayu yang kompak dan kuat serta saling mengikat satu sama lain.
Kelebihan lainnya, formula kimia ciptaan Marsal dapat memunculkan motif serat kayu kelapa menjadi tampak lebih jelas dan indah. Karena itu, produk mebel kayu kelapa buatan Marsal tidak perlu mendapatkan tambahan pewarnaan lagi karena warna yang dipakai merupakan warna natural kayu kelapa.
Kalangan konsumen produk mebel buatan Marsal pun selama ini tidak pernah komplain dengan produk mebel kayu kelapanya. Bahkan sebaliknya kalangan konsumen mengaku cukup puas dengan produk mebel kayu kelapa itu karena harganya jauh lebih murah tetapi kualitasnya tidak kalah       dari      mebel   kayu    jati.
“Sebagai perbandingan, harga bahan mebel dari kayu jati sekarang mencapai Rp 12 juta per meter kubik, sedangkan bahan mebel dari kayu kelapa yang sudah diperlakukan dengan formula khusus yang saya kembangkan harganya hanya sekitar Rp 3,5 juta per meter kubik. Padahal setelah diolah, produk mebel kayu kelepa memiliki motif serat kayu yang sangat indah, khas dan unik,” kata Marsal.
Menurut Marsal, hanya ada satu syarat yang harus dipenuhi agar kayu kelapa yang dipakai untuk produk mebel dapat memiliki sifat-sifat seperti disebutkan di atas, yaitu kayu kelapa itu harus berasal dari pohon kelapa yang sudah cukup tua (masak tebang) dengan umur lebih dari 70 tahun (pohon  kelapa  yang    sudah   tidak    produktif  lagi).
Satu-satunya kekurangan (namun bisa juga menjadi kelebihan untuk penggunaan tertentu) kayu kelapa dibandingkan dengan kayu jati adalah berat jenis kayu kelapa dua kali lipat lebih berat dari kayu jati. Dengan demikian, dilihat dari sisi biaya pengangkutan tentunya kayu kelapa membutuhkan biaya pengangkutan yang relatif lebih tinggi ketimbang kayu jati.
2008_073
Dengan dibantu 7 orang karyawan, Marsal kini telah berhasil mengembangkan 18 jenis model produk mebel dari kayu kelapa. Model-model produk mebel tersebut kini sangat laris diminati konsumen sehingga pesanan dari pembuatan mebel kayu kelapa dari para pembeli terus mengalir. Marsal sendiri memiliki obsesi tersendiri dengan keberhasilannya dalam bidang pengolahan kayu kelapa itu. Bagi dirinya ilmu pengetahuan yang diperolehnya dengan susah payah itu akan lebih memiliki makna dan memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia apabila ilmu pengetahuan tersebut disebarluaskan kepada sesama. Karena itu, Marsal ingin mengajak para pengusaha mebel di tanah air untuk beralih memanfaatkan potensi kayu kelapa yang cukup melimpah. “Kami juga ingin agar pemerintah turut mempopulerkan penggunaan kayu kelapa ini sebagai sumber bahan baku untuk industri mebel. Untuk kami siap membagi pengetaahuan dan pengalaman kami dengan pengusaha mebel lainnya dalam pemanfaatan dan pengolahan kayu kelapa ini.




3.2  PENGERINGAN KAYU  GERGAJIAN SECARA  ALAMI

 


  












Kegunaan pengeringan kayu adalah :

1.      Kayu yang akan diawetkan harus di    keringkan dulu agar penetrasi dari bahan pengawet dapat masuk dengan baik kedalam kayu. Kayu-kayu yang akan dilem harus kering agar supaya daya rekat lem dapat baik.
2.      Perubahan kadar air yang cukup besar dapat berakibat perubahan dimensi karena penyusutan.  Apabila perubahan dimensi tersebut terjadi pada saat digunakan maka akan mengakibatkan perubahan-perubahan/kerusakan-kerusakan dari pada produk/bangunan dimana kayu tersebut digunakan.
3.      Pengeringan dapat memperbaiki sifat mekaniknya.  Berdasarkan penelitian terdapat hubungan lansung antara kekuatan kayu dan kadar air kayu.  Kadar air kayu menurun maka kekuatan kayu meningkat.
4.      Pengeringan kayu akan sangat mengurangi berat daripada kayu dan menurunkan ongkos angkutan.

Hal-hal yang menentukan percepatan pengeringan yang paling besar pengaruhnya adalah sebagai berikut :




a.      Temperatur

Apabila kelembaban udara tetap,maka adanya kenaikan temperatur mengakibatkan peningkatan kecepatan penguapan kayu, sehingga akan mempercepat pengeringan kayu.
                                   
b.       Kelembaban Udara

Apabila temperatur tetap maka penurunan kelembaban udara disekitar kayu akan mempercepat pengeringan kayu.

c.       Sirkulasi Udara

Yang paling menentukan kecepatan pengeringan adalah temperatur dan kelembaban udara hal ini hanya bisa berjalan apabila terdapat aliran udara melalui permukaan kayu yang mengganti kedudukan udara yang basah dan dingin karena penguapan dengan udara yang kering dan panas.
Sebelum pengeringan perlu diperhatikan sebagai berikut :

a. Tempat pengeringan harus cukup luas dan menampung akumulasi produk penggergajian selama waktu pengeringan, serta dapat menjamin keleluasaan pengerjaan pengeringan.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh tempat pengeringan ialah harus dapat langsung terkena hembusan angin.
Apabila mungkin sebaiknya ditempatkan dimana angin meniup dengan kecepatan paling tinggi, hal ini biasanya terdapat pada tanah-tanah yang tinggi.
Hindarkan tempat pengeringan dari segala sesuatu yang menghambat jalannya angin,
seperti bangunan-bangunan tinggi, pohon-pohon besar dan rindang dan sebagainya.
Penempatan tempat pengeringan dekat, apalagi di atas empang-empang besar, rawa-rawa atau sungai-sungai sebenarnya kurang baik, maka tempat tersebut diupayakan dihindarkan, karena lembab.

b.Ganjal (sticker)
Ganjal merupakan bagian yang penting dalam pengeringan udara.

Cara Pengeringan :

Pengeringan pada hakekatnya dilakukan dengan dua (2) cara yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan.  Pengeringan alami sering disebut pengeringan udara.

1.Pengeringan Alami

Yang dimaksud pengeringan alami adalah proses pengeringan dengan cara mengangin-anginkan kayu yang bersangkutan.  Dalam pengeringan ini ketiga faktor penentu kecepatan pengeringan seperti  temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara diserahkan pada keadaan alam disekitar kayu yang dikeringkan.

Pengeringan alami mempunyai keuntungan
-  Mudah dilaksanakan
-  Tidak menuntut investasi yang besar

Dalam rangka pengeringan alami ada beberapa cara penumpukan/penjemuran kayu antara lain :

1)      Penumpukan Vertikal

a.      Tumpukan Silang


 


                                                                                                                       







b.      Tumpukan Sandar



 










2)   Penumpukan Secara Horisontal.
Pada penumpukan jenis ini kayu gergajian yang akan dikeringkan disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk sejajar dan horizontal.



a.      Penumpukan sejajar


 









b.      Tumpukan persegi



 









c.       Tumpukan zig-zag


 







Sumber :Pusat Penyuluhan Kehutanan
BAB IV
4.1 PEMBAHASAN

Berikut ini pembahasan bahan bangunan yang digunakan dalam perencanaan soumil.
v  Perencanaan proses pengeringan kayu :
Pengeringan Kayu dengan Cara Buatan (Kiln Drying)

Pengeringan ini merupakan lanjutan hasil perkembangan pengeringan udara. Dengan kemajuan dan perkembangan teknologi modern, meningkatkan permintaan akan kayu berkualitas tinggi, maka timbul usaha pengeringan buatan yang lebih efektif dan lebih efisien daripada pengeringan buatan yang lebih efektif dan lebih efisien daripada pengeringan udara.

Keuntungan:
  • Waktu pengeringan sangat singkat
  • Kadar air akhir dapat diatur sesuai dengan keinginan, disesuaikan dengan tujuan penggunaan
  • Kelembaban udara (RH), temperature dan sirkulasi udara dapat diatur sesuai dengan jadwal pengeringan
  • Terjadinya cacat kayu dapat dihindari dan beberapa jenis kayu dapat diperbaiki
  • Kontinuitas produksi tidak terganggu dan tidak diperlukan persediaan kayu yang banyak
  • Tidak membutuhkan tempat yang luas
  • Kualitas hasil jauh lebih baik
Kerugian:
  • Memerlukan investasi/modal yang besar
  • Memerlukan tenaga ahli pengalaman
  • Sortimen kayu yang akan dikeringkan tertentu

v  Tahap-tahap pelaksanaannya :
PELAKSANAAN PENGERINGAN KAYU

Seperti disebutkan pada artikel sebelumnya bahwa dalam pekerjaan pengeringan kayu dengan kiln dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
  1. Tahap penyediaan alat – alat
  2. Tahap penumpukan/penyusunan kayu
  3. Tahap pengambilan contoh – contoh kayu pengamatan
  4. Tahap pekerjaan selama pengeringan berlangsung yang mencakup : penggunaan jadwal pengeringan, pengaturan dan pengawasan suhu serta kelembaban udara di dalam kiln.
A.    Tahap Penyediaan Alat

          Selain mesin pengering yang sudah lengkap dengan peralatannya, ada beberapa alat lagi yang masih perlu disediakan, antara lain alat pengukur kadar air kayu (Hydrometer) untuk mengetahui kadar air di dalam kayu setiap waktu diperlukan. Batas pembacaan alat tersebut tidak lebih dari 60% yang dikandung oleh kayu. Atau bila kita tidak memiliki alat ini, dapat digunakan alat timbangan dan oven (tungku pemanas) untuk mengeringkan potongan contoh – contoh kayu pengamatan hingga tercapai tingkat kering mutlak. Sebagai sumber pemanas dalam kiln pada umumnya digunakan uap panas dengan menggunakan ketel uap. Uap panas yang dihasilkan dialirkan melalui radiator (pemancar panas) ke dalam kiln. Sebab pemberian uap panas ke dalam kiln pada tumpukan kayu, akan mempercepat proses keringnya kayu tersebut. Untuk mengukur suhu dan kelembaban udara digunakan 2 alat termometer : termometer kering (dry bulb temperature) dan termometer basah (wet bulb temperature). Penunjukan suhu pada termometer basah selalu lebih rendah daripada suhu termometer kering. Selisih kedua suhu pada termometer ini akan menunjukkan kelembaban udara (RH) = Relative Humidity. Selain sumber panas, peredaran udara di dalam kiln berperanan pula, sebab dengan adanya peredaran udara, suhu dan kelembaban udara di dalam kiln dapat merata.
Di samping peredaran udara itu bertujuan juga untuk mengeluarkan uap air yang telah keluar dari permukaan kayu dari ruang kiln. Dengan sirkulasi ini, udara yang panas dapat mencapai seluruh bagian permukaan kayu, sehingga pengeringan dapat berlangsung cepat dan merata. Kecepatan peredaran udara yang tinggi diutamakan pada saat permulaan pengeringan, terutama untuk kayu yang masih basah agar tidak terserang jamur. Peredaran udara di dalam kiln dapat ditimbulkan oleh :
  • Perbedaan temperatur : karena pemanasan (sebab udara panas lebih ringan daripada udara dingin)
  • Tenaga kipas (fan) yang dibedakan atas 2 macam yaitu radial fan (centrifugal blowers) dan axial fan. Fan ini terpasang di dalam ataupun di luar kiln (external fan dan internal fan).
B.     Tahap Penumpukan/ Penyusunan Kayu

            Sebagai syarat mutlak, fondasi dan lantai harus kuat dan datar, agar tidak mempengaruhi kerusakan kayu dan tumpukan kayu secara keseluruhan. Kayu yang akan dikeringkan harus diseragamkan dalam hal : jenis kayu, kualitas kayu, ketebalan kayu, kadar air awal. Dengan keseragaman ini, maka pelaksanaan pengeringan akan lebih sempurna. Kayu ada yang diletakkan langsung diatas pondasi, tapi ada pula dengan menggunakan lori. Pada umumnya cara terakir lebih banyak dipakai. Agar peredaran udara merata pada seluruh bagian permukaan kayu, maka lapisan papan tingkat demi tingkat harus diberi ganjel. Tumpukan kayu secara keseluruhan hendaknya merupakan bentuk persegi dengan ganjel lurus, baik secara vertical maupun horizontal. Selanjutnya pada bagian teratas tumpukan diletakkan beban pemberat yang merata keseluruh bagian tumpukan kayu untuk menghindari kemungkinan perubahan bentuk selama proses pengeringan.

C. Tahap Pengambilan Contoh-contoh Pengamatan

           Yang terpenting dalam pembuatan contoh kayu pengamatan adalah bagaimana caranya agar benar – benar kayu itu mewakili kelompoknya. Karena contoh pengamatan sangat berguna sebagai petunjuk dalam menentukan langkah – langkah perubahan kondisi pengeringan. Kadar air kayu awal yang akan dikeringkan, perlu diketahui lebih dahulu, sebab langkah – langkah perubahan suhu dan kelembaban udara selama pengeringan berlangsung, didasarkan atas besarnya kangdungan kadar air sebelum dikeringkan. Contoh pengamatan diletakkan di dalam tumpukan kayu sedemikian rupa, sehingga memudahkan pemeriksaan.                    Contoh pengamatan ini sebagai petunjuk nantinya secara periodic diamati perubahan – perubahannya, yang menjurus pada kerusakan yang mungkin timbul selama pengeringan berlangsung. Sehingga dengan demikian dapat diketahui apakah pengeringan tersebut berjalan terlalu cepat atau lambat, apakah kadar air kayu yang diinginkan telah tercapai dan apakah ada kerusakan yang terjadi sebelum proses pengeringan berakhir.




D. Penggunaan Jadwal Pengeringan (Skema Pengeringan)

           Skema pengeringan merupakan suatu daftar yang memuat tahap-tahap perubahan suhu dan kelembaban udara dalam proses pengeringan berdasarkan kayu. Berdasarkan sifat-sifat kayu secara umum maka skema pengeringan untuk beberapa jenis kayu dapat dikelompokkan dalam beberapa macam. Dari skema pengeringan dapat dilihat, bahwa pada awal mulainya pengeringan, ketika kayu masih mengandung banyak air, dipergunakan suhu yang rendah dengan kelembaban yang tinggi. Selanjutnya secara bertahap suhu pengeringan dinaikkan, kelembaban udara diturunkan bertahap. Dengan naiknya suhu, kadar air kayu akan menurun secara bertahap sampai kadar air sesuai yang diharapkan.
Agar dicapai pengeringan yang sempurna dengan kerusakan yang tak berarti, maka suhu dan kelembaban udara di dalam kiln perlu diamati, diatur sesuai dengan skema pengeringan yang digunakan selama pengeringan berlangsung. Pada kiln yang modern dengan perlengkapan yang lebih lengkap, alat-alat dapat mengatur sendiri secara otomatis sesuai kondisi yang diinginkan, sehingga perkembangannya selalu dapat diikuti. Cepat atau lambatnya muatan kayu dikeringkan tergantung dari beberapa faktor seperti kadar air kayu awal, kadar air kayu akir yang diinginkan, jenis kayu yang dikeringkan, tebal tipisnya kayu, kipas angin, dan kualitas alat kiln itu sendiri
            Kadang kadar air kayu menjelang tahap-tahap terakir pengeringan tidak merata. Dengan adanya perbedaan kadar air terutama pada bagian permukaaan dan bagian dalam kayu, maka akan timbul tegangan-tegangan pada kayu, akirnya pada kayu akan timbul cacat. Sehingga dalam hal ini perlu adanya tindakan penyamaan. Dengan istilah lain perlu proses equalizing dan conditioning, yang mempunyai tujuan menghilangkan tegangan-tegangan yang timbul pada kayu selama proses proses pengeringan berlangsung, agar diperoleh kadar air kayu yang sama pada setiap papan. Pelaksanaan equalizing dan conditioning harus didasarkan pada kenyataan yang ada dari contoh-contoh kayu pengamatan.
Pada tahap penggunaan jadwal pengeringan, perlu dilakukan pencatatan jalannya pengeringan. Agar pengeringan berhasil dengan baik maka setiap langkah perlu dicatat.                  Tujuan pencatatan ini untuk mengawasi hasil pengeringan, sebagai tindakan penyesuaian pemakaian jadwal pengeringan, sehingga kerusakan yang mungkin terjadi akibat pengeringan dapat diperkecil. Adapun data-data yang perlu dicatat adalah
  • Pengeringan : nomor urut muatan/kiln, nama pengawas.
  • Kayu : jenis kayu, sortimen, kubikasi, kadar air kayu akhir yang dikehendaki.
  • Perubahan kondisi pengeringan : suhu dan kelembaban udara dari waktu ke waktu tertentu dengan menyesuaikan perkembangan keadaan kayu.
  • Jadwal pengeringan yang digunakan.
  • Cacat-cacat yang terjadi selama dan setelah kayu dikeringkan.
Selain pencatatan data-data teknis diatas, perlu pula dicatat data-data ekonomis, antara lain pemakaian bahan bakar atau listrik, lamanya pengeringan dan lain sebagainya yang termasuk biaya pengeluaran.
4.2  KESIMPULAN
            Pengenalan atas sifat – sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam menentukan jenis – jenis kayu untuk tujuan penggunaan tertentu. Di harapkan dengan memahami sifat – sifat kayu dan jenis – jenis untuk penggunaan tertentu akan semakin mengurangi ketergantungan konsumen akan suatu jenis kayu tertentu saja sehingga pemanfaatan jenis – jenis kayu yang semula belum dimanfaatkan ( jenis – jenis yang belum dikenal umum ) akan semakin meningkat.
4.3  SARAN
            Dari hasil survey ini, kami dapat memberikan beberapa saran antara lain :
a)      Jangan menebang pohon sembarangan
b)      Sebaiknya kayu yang akan diolah minimal berukuran ǿ 30 cm
c)      Manfaatkanlah hasil limbah kayu